Mengapa perlu mempelajari penelitian? Metode penelitian memberikan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi masalah serta menghadapi tantangan lingkungan di mana pengambilan keputusan harus dilakukan dengan cepat. Keputusan yang diambil akan bersifat lebih ilmiah jika dilakukan melalui proses penelitian. Ada dua faktor yang mendorong perhatian dalam pengambilan keputusan yang ilmiah: (1) kebutuhan manajer akan informasi yang lebih banyak dan lebih baik, (2) tersedianya teknik dan peralatan yang lebih baik untuk memenuhi kebutuhan itu. Manajer masa depan dituntut untuk mengetahui lebih banyak hal dibandingkan manajer masa lalu. Untuk ini, penelitian akan memberikan kontribusi yang cukup besar. Penelitian bisnis merupakan satu diantara alat manajerial yang penting dalam proses pengambilan keputusan. Akhir-akhir ini, penelitian bisnis menjadi fondasi untuk meningkatkan laba perusahaan juga mendorong perusahaan tetap bertahan dalam menjalankan usahanya. Penelitian bisnis dapat mendukung efektifitas manajemen dalam proses pengambilan keputusan. Penelitian bisnis ini bermanfaat untuk mengurangi ketidakpastian dengan menyediakan informasi yang akurat untuk memperbaiki proses pembuatan keputusan itu. Para manajer merasa bahwa pengetahuan tentang metode-metode penelitian akan berguna dalam banyak hal. Bagi mahasiswa saat ini pentingnya mempelajari penelitian bukan hanya sebagai dasar untuk penulisan skripsi atau tesis saja, akan tetapi juga untuk pelatihan dalam metode ilmiah serta penerapannya dalam pengambilan keputusan. Dengan kata lain, mempelajari dan melakukan penelitian pada saat kuliah merupakan suatu pelatihan bagi mahasiswa tersebut dalam mengambil keputusan. Dengan latar belakang tersebut pula, program pascasarjana Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya menyelenggarakan kuliah tamu pada Selasa, 20 Agustus 2013 di Hall Graha Widya Bhakti, kampus STIESIA Surabaya, Jl. Menur Pumpungan No. 30 Surabaya. Kuliah tamu yang mengambil tema Metodologi Riset Kualitatif dengan judul “Susu Saya” Melampaui Paradigma-Paradigma Metodologi Penelitian dengan narasumber Prof. Iwan Triyuwono, S.E., M.Ec., Ph.D. salah satu guru besar Fakultas Ekonomi Bisnis dari Universitas Brawijaya. Kuliah tamu yang berlangsung mulai pukul 19.00 sampai dengan 22.00 WIB diikuti oleh 160 orang peserta dari mahasiswa Magister Manajemen, Magister Sains Akuntansi, Program Doktor Ilmu Manajemen serta dosen dan guru besar STIESIA Surabaya. Dijelaskan pada kuliah tamu tersebut, paradigma yang selalu dijadikan dasar atau rujukan oleh banyak ahli di bidang ilmu sosial dan ekonomi adalah Sociological Paradigms and Organizational Analysis karya Burrel dan Morgan. Paradigma tersebut memetakan pemikiran-pemikiran teori organisasi ke dalam empat paradigma, yaitu: The Functionalist Paradigm, The Interpretivist Paradigm, The Radical Humanist Paradigm, dan The Radical Structuralist Paradigm. “Setiap paradigma penelitian memiliki karakter yang berbeda dan unik. Ini juga secara implisit menginformasikan bahwa satu paradigma tidak dapat digunakan untuk menyelesaikan semua persoalan keilmuan dan praksis. Tetapi masing-masing paradigma dengan kekhasan yang dimilikinya hanya mampu menyelesaikan persoalan-persoalan tertentu,” simpulan Iwan Triyuwono dalam kuliah tamu kemarin malam. Dari segi sejarah, interpretivist paradigm sebetulnya lahir karena melihat adanya kelemahan-kelemahan mendasar pada paradigma yang pertama, functionalist paradigm. Critical paradigm juga lahir karena melihat kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh interpretivist paradigm. Demikian juga postmodernist paradigm lahir karena melihat terdapat kesalahan berpikir yang sangat mendasar pada modernisme (functionalist paradigm). Namun demikian, kelahiran dari masing-masing paradigma bukan berarti meniadakan paradigma sebelumya. Yang ada adalah bahwa masing-masing paradigma eksis secara independen dan tidak saling meniadakan (mutually exclusive) paradigma yang sudah ada sebelumnya. “Oleh karena itu, pemahaman yang pas tentang karakter yang terlihat pada konsep realitas, hakikat manusia, hakikat ilmu pengetahuan, dan tujuan penelitian masing-masing paradigma yang sangat diperlukan untuk menentukan paradigma mana yang baik digunakan untuk memecahkan persoalan tertentu. Peneliti dapat mengekspresikan pemikiran-pemikiran kritis terhadap keempat paradigma, sehingga dengan pemikiran kritis ini melahirkan wacana baru dan akhirnya menghasilkan paradigma yang baru lagi, yang implikasinya adalah semakin menambah pembendaharaan pemikiran,” lanjut Iwan Triyuwono di akhir acara. |